Awas ! Bahaya Imunisasi (wajib dibaca)
Bagaimana Kehalalan Vaksin ?
Vaksinasi adalah aktifitas yang tidak asing lagi
pada kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi atau balita. Kegiatan ini
sesungguhnya adalah memberikan suatu zat tertentu pada tubuh si anak
baik secara oral atau pun injeksi. Tujuan dari vaksinasi adalah
pembentukan kekebalan tubuh si anak bayi/balita sesuai dengan vaksin
yang disuplai.
Tapi apakah selama ini kita mengetahui dari bahan apa dan bagaimana cara vaksin untuk bayi atau pun balita kita dibuat?
Kita mungkin lebih sering mempertimbangkan apa reaksi yang harus
dipantau dari penggunaan vaksin tersebut pada bayi atau balita kita.
Tetapi sangat sedikit bahkan mungkin luput dari pantauan kita dari apa
vaksin-vaksin tersebut dihasilkan.
Jurnal halal edisi kali ini memaparkan beberapa informasi seputar vaksin yang digunakan di masyarakat kita, pemaparan ingredien vaksin yang umumnya digunakan ditinjau dari segi kehalalanya.
Jurnal halal edisi kali ini memaparkan beberapa informasi seputar vaksin yang digunakan di masyarakat kita, pemaparan ingredien vaksin yang umumnya digunakan ditinjau dari segi kehalalanya.
Pengertian vaksin dan vaksinasi
Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi
untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus. Terbuat dari virus yag
telah dimatikan atau “dilemahkan” dengan menggunakan bahan-bahan
tambahan lainnya seperti formalaldehid, thymerosal dan lainnya.
Sedangkan vaksinasi adalah suatu usaha memberikan vaksin tertentu
kedalam tubuh untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap
penyakit /virus tersebut.
Jenis-jenis vaksinasi
Jenis-jenis vaksinasi yang ada antara lain vaksin terhadap penyakit
hepatitis,polio,Rubella,BCG, DPT,Measles ?”Mumps-Rubella (MMR) cacar air
dan jenis penyakit lainnya seperti influenza. Di Indonesia sendiri
praktek vaksinasi yang hampir selalu dilakukan pada bayi dan balita
adalah Hepatitis B,BCG, Polio dan DPT. Selebihnya seperti vaksinasi MMR
adalah bersifat tidak wajib.
Ada pun vaksinasi terhadap penyakit cacar air (smallpox) termasuk vaksinasi yang sudah tidak dilakukan lagi di Indonesia.
Ada pun vaksinasi terhadap penyakit cacar air (smallpox) termasuk vaksinasi yang sudah tidak dilakukan lagi di Indonesia.
Vaksin dan sistem kekebalan tubuh
Pemberian vaksin dilakukan dalam rangka untuk memproduksi sistem immune (kekebalan tubuh) seseorang terhadap suatu penyakit. Berdasarkan teori antibody, ketika benda asing masuk seperti virus dan bakteri ke dalam tubuh manusia, maka tubuh akan menandai dan merekamnya sebagai suatu benda asing. Kemudian tubuh akan membuat perlawanan terhadap benda asing tersebut dengan membentuk yang namanya antibody terhadap benda asing tersebut. Antibodi yang dibentuk bersifat spesifik yang akan berfungsi pada saat tubuh kembali terekspos dengan benda asing tersebut.
Pemberian vaksin dilakukan dalam rangka untuk memproduksi sistem immune (kekebalan tubuh) seseorang terhadap suatu penyakit. Berdasarkan teori antibody, ketika benda asing masuk seperti virus dan bakteri ke dalam tubuh manusia, maka tubuh akan menandai dan merekamnya sebagai suatu benda asing. Kemudian tubuh akan membuat perlawanan terhadap benda asing tersebut dengan membentuk yang namanya antibody terhadap benda asing tersebut. Antibodi yang dibentuk bersifat spesifik yang akan berfungsi pada saat tubuh kembali terekspos dengan benda asing tersebut.
Dr. J. Anthony Morris, former Chief Vaccine Control Officer and
research virologist, US FDA mengatakan bahwa ada banyak hal yang
membuktikan bahwa imunisasi pada anak lebih banyak dampak buruknya
daripada manfaatnya.
Dr Willian Howard dari USA mengatakan bahwa tubuh telah memiliki
metodenya sendiri untuk pertahanan, yang tergantung pada vitalitas tubuh
pada saat tertentu. Jika vitalitas tubuh cukup, maka tubuh akan
bertahan terhadap seluruh infeksi, tetapi sebaliknya jika tidak maka
pertahanan akan lemah. Sesungguhnya kita tidak dapat mengubah vitalitas
tubuh menjadi lebih baik justru dengan menggunakan berbagai jenis racun
(vaksin) kedalam tubuh tersebut.
Vaksin dan tinjauan kehalalannya
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang diselenggarakan di Indonesia pada Agustus tahun lalu,sempat bermasalah dibeberapa wilayah di Indonesia.Permasalahannya beberapa daerah tersebut (Jawa Barat,Jawa Timur, Lampung dan Banten)menolak pemberian vaksin polio karena diragukan kehalalannya. Yaitu dalam proses pembuatan vaksin tersebut menggunakan ginjal kera sebagai media perkembangbiakan virus, demikian penjelasan dari Utang Ranuwijaya anggota Komisi Pengkajian dan Pengembangan MUI. Alhasil keputusan MUI No.16 tahun 2005 mengeluarkan fatwa kehalalan atas vaksin polio tersebut.
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang diselenggarakan di Indonesia pada Agustus tahun lalu,sempat bermasalah dibeberapa wilayah di Indonesia.Permasalahannya beberapa daerah tersebut (Jawa Barat,Jawa Timur, Lampung dan Banten)menolak pemberian vaksin polio karena diragukan kehalalannya. Yaitu dalam proses pembuatan vaksin tersebut menggunakan ginjal kera sebagai media perkembangbiakan virus, demikian penjelasan dari Utang Ranuwijaya anggota Komisi Pengkajian dan Pengembangan MUI. Alhasil keputusan MUI No.16 tahun 2005 mengeluarkan fatwa kehalalan atas vaksin polio tersebut.
Memang kalau kita mau telaah lebih lanjut, masih banyak sekali
jenis-jenis vaksin yang bersumber dari bahan-bahan yang diharamkan.
Seorang pakar dari Amerika mengatakan bahwa vaksin polio dibuat dari
campuran ginjal kera, sel kanker manusia, serta cairan tubuh hewan
tertentu termasuk serum dari sapi, bayi kuda dan ekstraks mentah lambung
babi.
Selain sumber-sumber diatas, beberapa vaksin juga dapat diperoleh
dari aborsi calon bayi manusia yang sengaja dilakukan. Vaksin untuk
cacar air, Hepatitis A dan MMR diperoleh dengan menggunakan fetal cell
line yang diaborsi,MRC-5 dan WI-38.Vaksin yang mengandung MRC-5 dan
WI-38 adalah beberapa vaksin yang mengandung cell line diploid manusia.
Penggunaan janin bayi yang sengaja digugurkan ini bukan merupakan suatu hal yang dirahasiakan kepada publik.
Sel line janin yang biasa digunakan untuk keperluan vaksin biasanya
diambil dari bagian paru-paru,kulit,otot,ginjal,hati,thyroid, thymus dan
hati yang diperoleh dari aborsi yang terpisah. Penamaan isolat biasanya
dikaitkan dengan sumber yang diperolah misalnya WI-38 adalah isolat
yang diperoleh dari paru-paru bayi perempuan berumur 3 bulan.
Ada suatu kaidah usul Fiqh yang mengatakan bahwa mencegah kemudharatan lebih didahulukan daripada mengambil manfaatnya. Demikian alas an yang dijadikan dasar hukum pengambilan keputusan terhadap kehalalan vaksin polio sekalipun diketahui bahwa vaksin tersebut disediakan dari bahan yang tidak diperkenankan dalam Islam.
Ada suatu kaidah usul Fiqh yang mengatakan bahwa mencegah kemudharatan lebih didahulukan daripada mengambil manfaatnya. Demikian alas an yang dijadikan dasar hukum pengambilan keputusan terhadap kehalalan vaksin polio sekalipun diketahui bahwa vaksin tersebut disediakan dari bahan yang tidak diperkenankan dalam Islam.
Namun demikian kita tidak bias hanya bertahan pada kondisi darurat,
melainkan juga melakukan usaha untuk perbaikan. Seperti misalnya usaha
yang akan dilakukan oleh PT Bio Farma yang dalam 3 tahun mendatang akan
memproduksi vaksin polio halal. Masih banyak lagi area bagi masyrakat
muslim yang kompeten dalam bidang tersebut, untuk melakukan perbaikan.
Sehingga Indonesia, yang jumlah balitanya cukup banyak (data tahun 2005:
24 juta balita Indonesia) , dimana hamper 90 % nya adalah muslim merasa
aman dan tentram untuk melakukan vaksinasi-imunisasi. Siapa dari kita
yang akan menangkap peluang ini? Wallahualam bisshawab.
KONSEP IMUNISASI HALAL HALALAN THAYYIBAN
1. Memberikan asupan nutrisi atau zat gizi atau makanan tertentu yang
memaksimalkan pembangunan dan pemeliharaan sistem imun atau kekebalan
tubuh manusia.
2. Memberikan asupan nutrisi atau zat gizi atau makanan tertentu yang
meminimalkan dan menghilangkan zat yang bersifat menurunkan kerja
sistem imun atau kekebalan tubuh manusia.
3. Menjauhkan dan menghentikan asupan nutrisi yang bersifat
menurunkan pembangunan dan pemeliharaan sistem imun atau kekebalan tubuh
manusia.
4. Tidak memberikan vaksinasi yang mengandung Toksin/Racun bahan berbahaya yang menjadi ancaman kesehatan manusia.
a. Kimiawi Sintetis
b. Logam Berat (Heavy Metal)
c. Hasil Metaboit parsial
d. Toksin Bakteri
e. Komponen dinding sel
a. Kimiawi Sintetis
b. Logam Berat (Heavy Metal)
c. Hasil Metaboit parsial
d. Toksin Bakteri
e. Komponen dinding sel
5. Tidak memberikan vaksinasi dan obat-obatan yang mengandung bahan yang haram secara syari’at.
a. Alkohol dan turunannya, yang bersifat seperti alkohol, yaitu yang apabila dikonsumsi secara banyak akan memabukkan.
b. Tidak mengandung Darah, daging Babi, dan hewan yang ketika disembelih tidak menyebutkan nama Allah.
c. Tidak daging yang diharamkan menurut syari’at, contoh: Binatang Buas, Bertaring, bangkai dll.
d. Tidak dikembangbiakkan di dalam darah hewan apapun, daging babi, dan di dalam makhluk hidup yang diharamkan menurut syari’at.
6. Membiasakan untuk mengkonsumsi menu makanan sehari-hari yang bersifat membangun sistem kekebalan tubuh manusia.
7. Membiasakan untuk tidak mengkonsumsi menu makanan sehari-hari yang
bersifat menururnkan sistem kekebalan tubuh manusia. (Diambil dari www
imunisasi halal.com)
Vaksin Masih Perlukah?
Ditulis oleh imamtriyanto
Thursday, 05 July 2007
HalalGuide-Sehubungan dengan adanya penyakit-penyakit yang berkembang saat ini dan telah beredarnya pemahaman metode kedokteran yang disebar luaskan oleh metode kedokteran barat maka sebagai umat muslim sangat prihatin sekali dengan kondisi ini.
Thursday, 05 July 2007
HalalGuide-Sehubungan dengan adanya penyakit-penyakit yang berkembang saat ini dan telah beredarnya pemahaman metode kedokteran yang disebar luaskan oleh metode kedokteran barat maka sebagai umat muslim sangat prihatin sekali dengan kondisi ini.
Metode kesehatan ala modern dengan teori trial and error mengatakan
bahwa, penyakit itu bisa disembuhkan bila disuntikkan virus dan bakteri
yang bersumber dari penyakit, agar manusia kebal. Sehingga manusia dapat
melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum Allah, tetapi tidak
terkena penyakitnya.
Contohnya, agar anak-anak tidak terkena penyakit kelamin/HIV atau
penyakit kelamin lainnya ketika mereka melakukan sex bebas, maka
disuntikkan vaksin HIV pada usia anak-anak. Itulah yang dikutip dari
buku “What your doctor may not tell you about children’s vaccination”,
oleh Stephanie Cave & Deborah Mitchell, keduanya dokter dari
Amerika. Sentra pengendalian penyakit di AS, pada februari 1997 (ACIP)
dari CDL, berkumpul untuk membuat kebijakan vaksin bagi AS. Neal Haley
MD, ketua komite penyakit menular dari Akademi AS untuk dokter spesial
anak, mengajukan topik vaksin HIV.
Ia mengatakan “kami sungguh-sungguh melihat bahwa usia 11 s/d 12
tahun sebagai usia target vaksin guna pencegahan penyakit seksual”. Jadi
orang tua dari para bayi, balita atau anak kecil akan segera menghadapi
kemungkinan mendapat vaksin HIV untuk anak-anak. Vaksin ini dimaksudkan
untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual,
seperti khlamidia, herpessimpleks, neisseria gonorhea, HIV/AIDS dll.
Jadi pemikiran mereka, jika tubuh manusia disuntikkan virus yang
dilemahkan, maka tubuh akan melakukan anti body terhadap virus tadi.
Virus yang disuntikkan ke tubuh itu adalah virus yang diambil dari
cairan darah orang yang terkena penyakit AIDS/HIV, Hepatitis B, Herpes,
dll, yang melakukan sex bebas, peminum alkohol, narkotika dan
perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum Allah. Lalu dibiakkan di
media-media seperti ginjal kera, lambung babi, ginjal anjing, sapi
anthrax, menggunakan jaringan janin manusia yang digugurkan, ditambahkan
merkuri/timerosal/air raksa atau logam berat sebagai bahan pengawetnya.
Vaksin-vaksin yang dihasilkan antara lain adalah vaksin polio, MNR,
rabies, cacar air dll.
Celakanya bayi-bayi tak berdosa yang tidak melakukan kerusakan,
pelanggaran terhadap hukum Allah, sengaja diberikan virus-virus itu,
dengan pemikiran agar anak-anak itu kebal. Sehingga ketika melanggar
hukum allah, dimungkinkan tidak terkena azab-Nya.
Berikut salah satu tulisan rekan saya, sekaligus sbg alternative dari thibbun nabawi utk imunisasi anak, kita share GRATIS :
Sesungguhnya anugerah sehat dan sakit hanya dari Allah. Ini semua
berdasarkan pengalaman klinis, dan AlhamduliLlah sudah terbukti
berhasil.
I. Imunisasi untuk tahap IBU HAMIL dan MENYUSUI:
1. Tidak minum susu sapi (susu formula ibu hamil) kecuali kalau
terpaksa (dipaksa ibu mertua or suami), sedikit saja. (Maksimum 1 bulan 1
gelas, yang penting udah minum kan?).
2. Tidak makan mie instan, kecuali tidak memakai bumbunya (waah mana enaaak). Junk Food juga jangan.
3. Tidak makan kerang, tiram, dan sejenisnya.
4. Tidak minum obat-obatan kimiawi sintetis, apa lagi obat-obatan haram.
5. Tidak disuntik atau minum obat INSULIN. Untuk kasus gula darah tinggi, gunakan HSauda (untuk usia kehamilan 4-8 bulan.
6. Tidak berlebihan konsumsi buah-buahan panas, contoh DURIAN (bahasa betawinya DUREN), bisa mbrojol sebelum waktunya.
7. Tidak berlebihan konsumsi makanan hewani, contoh Ayam, Bebek, Sapi, Kambing, Telur, Ikan air Tawar.
8. Dibekam minimal sekali selama masa kehamilan.
9. Makan buah-buahan dan sayur yang banyak. Yang terbaik dijus blender.
10. Minum syrup madu “dingin” setiap hari.
11. Minum HabbatusSauda`. Dalam bentuk cair / minyak 1 sendok teh, 2 hari sekali. atau
Dalam bentuk cair/minyak dalam kapsul, 1 kapsul, dua hari sekali, atau
Dalam bentuk kapsul serbuk. 1 kapsul, Sehari 2 kali.
Dalam bentuk cair/minyak dalam kapsul, 1 kapsul, dua hari sekali, atau
Dalam bentuk kapsul serbuk. 1 kapsul, Sehari 2 kali.
12. Minum Spirulina atau Chlorela. 2 Kapsul, 2 hari sekali.
13. Minum Rosella. Seduh 5 Kuntum 2 hari sekali, boleh campur madu, bukan dicampur gula.
14. Minum Sambiloto. 1 Kapsul tiap 3 hari sekali.
15. Minuman / Makanan tambahan. Kedelai (Susu), Kacang Ijo.
16. Mencoba untuk berpuasa pada bulan Ramadhan dengan menu Sahur dan
Buka pilihan contohnya Spirulina. Hanya dengan 2 kapsul Spirulina bisa
tahan lapar seharian insya Allah.
Semua Resep Herbal di atas secara langsung meningkatkan performa
aktifitas sel-sel dan organ-organ sistem imun. Dengan menjalani semua
hal di atas insya Allah ASI akan keluar.
II. Imunisasi langsung ke bayi / anak:
1. Tidak divaksin sama sekali.
1. Tidak divaksin sama sekali.
2. Tahnik. Menggosokkan madu atau kurma yang telah dikunya ayah sang
bayi segera setelah bayi lahir untuk latihan minum ASI bagi si bayi.
3. Tidak minum susu formula bayi. Kalau susu formula yang kedelai boleh, tapi kalau ASInya lancar.
4. Minum syrup Madu, sebagai pengganti susu formula, sejak pekan pertama kelahiran.
5. Minum susu Kedelai, susu Kacang Ijo (saring ampasnya) untuk yang sudah tumbuh gigi.
6. Minum bubur Spirulina setelah 3 bulan ke atas.
7. Minum Rosella setelah 6 bulan ke atas, seduh 3 kuntum untuk 200cc, seminggu sekali.
8. Minum Habatus Sauda (jinten hitam) setelah 1 tahun ke atas.
Bagaimana Efek Buruk Vaksinasi ?
1. Vaksin penyebab AUTIS
Misalkan didalam buku “Children with Starving Brains” karangan Jaquelyn McCandless , MD yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Grasindo (halaman 54 - 55) menyebutkan: suntikan vaksin Hepatitis B, dan vaksin HiB positif mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yang meledak pada sejak awal tahun 1990 an. Vaksin yang mengandung Thimerosal itu sendiri sudah dilarang di Amerika sejak akhir tahun 2001.
Misalkan didalam buku “Children with Starving Brains” karangan Jaquelyn McCandless , MD yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Grasindo (halaman 54 - 55) menyebutkan: suntikan vaksin Hepatitis B, dan vaksin HiB positif mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yang meledak pada sejak awal tahun 1990 an. Vaksin yang mengandung Thimerosal itu sendiri sudah dilarang di Amerika sejak akhir tahun 2001.
2. Tujuan Vaksinasi adalah meniru proses penularan
penyakit alami dengan kaidah tiruan. Vaksin itu sendiri adalah suntikan
yang mengandung berbagai jenis racun yang dimasukan kedalam tubuh. Jika
anda menyangka vaksin dapat membasmi kuman atau bebas dari kuman, dugaan
anda meleset
3. Setelah Vaksin diinjeksikan kedalam tubuh
sikecil, ramuan vaksin tersebut memasuki aliran darah anak. Tubuhnya
akan segera bertindak untuk menyingkirkan racun tersebut melalui organ
ekresi atau melalui reaksi imun seperti demam, bengkak atau ruam pada
kulit. Apabila tubuh anak kuat untuk meningkatkan reaksi imun, tubuh
anak mungkin akan berhasil menyingkirkan vaksin tersebut dan mencegahnya
terjangkit kembali dimasa yang akan datang. Akan tetapi jika tubuh anak
tidak kuat untuk meningkatkan reaksi imun, vaksin beracun akan bertahan
dalam tisu tubuh. Timbunan racun ini dapat menyebabkan penyakit seperti
diabetes pada anak-anak, asma, penyakit neurologi, leukimia, bahkan
kematian mendadak. Ratusan laporan mencatat efek samping jangka panjang
yang buruk terkait vaksin seperti penyakit radang usus, autisme,
esenfalitis kronis, skelerosis multipel, artritis reumatoid dan kangker.
Sebagian vaksin juga diketahui menyebabkan efek samping jangka pendek
yang serius. Pada tanggal 12 Juli 2002, Reuters News Service melaporkan
hampir 1000 pelajar sekolah dilarikan ke rumah sakit setelah disuntik
vaksin Ensefalitis di timur laut negeri Cina. Para pelajar itu mengalami
demam, lemas, muntah dan dalam beberapa kasus terkena serangan jantung
setelah divaksinasi.
4. Kenyataan: Banyak penelitian medis mencatat
kegagalan vaksinasi. Campak, gabag, gondong, polio, terjadi juga di
pemukiman penduduk yang telah diimunisasi. Sebagai contoh, pada tahun
1989, wabah campak terjadi di sekolah yang punya tingkat vaksinasi lebih
besar dari 98%. WHO juga menemukan bahwa seseorang yang telah divaksin
campak, punya kemungkinan 15 kali lebih besar untuk terserang penyakit
tersebut daripada yang tidak divaksin.
Imunisasi digembar-gemborkan sebagai suatu bentuk keajaiban
pencegahan penyakit, padahal faktanya cara itu tidak lebih hanya sebagai
proyek penghasil uang para dokter dan perusahaan farmasi. Dalam
kenyataannya, imunisasi lebih banyak menyebabkan bahaya daripada
kesehatan. Bahkan, mengacaukan proses-proses alami yang ada dalam
ciptaan Allah Swt. Nah, dengan paparan singkat ini, orang tua mana yang
merasa tidak takut untuk memberikan imunisasi pada anaknya?
Vaksin Imunisasi Sarat Dengan Kimia Beracun
Dapat dikatakan semua jenis vaksin mengandung racun. Dalam banyak keadaan bahan tambahan vaksin (penguat, penetral, pengawet dan agen pembawa) jauh lebih beracun daripada komponen virus atau bakteri dalam vaksin tersebut. Misalnya agen penyebab kanker yaitu formaldehid dan thimerosal dapat merusak otak. Tidak ada orang tua yang berpikir untuk memberi makan anaknya dengan formaldehid (pengawet mayat), raksa atau alumunium fospat. Akan tetapi dengan suntikan vaksin bahan-bahan ini masuk langsung ke dalam aliran darah. Berikut adalah informasi mengenai resiko kesehatan yang ditimbulkan oleh sebagian bahan beracun utama dalam vaksin, yang disusun dari berbagai sumber termasuk dari Persatuan Pemerhati Vaksin Australia:
Dapat dikatakan semua jenis vaksin mengandung racun. Dalam banyak keadaan bahan tambahan vaksin (penguat, penetral, pengawet dan agen pembawa) jauh lebih beracun daripada komponen virus atau bakteri dalam vaksin tersebut. Misalnya agen penyebab kanker yaitu formaldehid dan thimerosal dapat merusak otak. Tidak ada orang tua yang berpikir untuk memberi makan anaknya dengan formaldehid (pengawet mayat), raksa atau alumunium fospat. Akan tetapi dengan suntikan vaksin bahan-bahan ini masuk langsung ke dalam aliran darah. Berikut adalah informasi mengenai resiko kesehatan yang ditimbulkan oleh sebagian bahan beracun utama dalam vaksin, yang disusun dari berbagai sumber termasuk dari Persatuan Pemerhati Vaksin Australia:
- Alumunium: dapat meracuni darah, syaraf,pernapasan, mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Dinyatakan sebagai penyebab kerusakan otak, hilang ingatan sementara, kejang dan koma. (Catatan: dalam jumlah sedikit tidak beracun dan mungkin bermanfaat bagi tubuh. Namun kadarnya dalam vaksin amat tinggi, sekitar 0,5%)
- Ammonium Sulfat: diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan sistem pernapasan.
- Ampotericin B: Sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur. Efek samping nya adalah menyebabkan pembekuan darah, bentuk sel darah merah menjadi tidak sempurna, masalah ginjal, kelesuan dan demam dan alergi pada kulit.
- Beta-Propiolactone: diketahui menyebabkan kanker, meracuni sistem pencernaan, hati, sistem pernafasan, kulit dan organ genital.
- Kasein: perekat yang kuat, sering digunakan untuk melekatkan label pada botol. Walaupun dihasilkan dari susu, didalam tubuh kasein dinggap protein asing yang beracun.
- Formaldehid: penyebab kanker. Zat ini lebih berbahaya dibanding sebagian bahan kimia lain.
- Formalin: Salah satu turunan dari formaldehid. Formalin adalah campuran 37%-40% formaldehid, air dan biasanya 10% metanol. Formalin menempati peringkat ke 5 dari 12 bahan kimia yang paling berbahaya.(Enviromental Defense Fund, AS)
- Monosodium Glutamat (MSG): bagi orang yang alergi pada MSG mungkin akan mengalami perasaan seperti terbakar dibelakang leher, lengan dan punggung atau mengalami sakit dada, sakit kepala, lesu, denyut jantung cepat dan kesulitan bernafas. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS, suntikan glutamate dalam hewan percobaan menyebabkan kerusakan sel syaraf otak.
- Neomycin: antibiotik ini mengganggu penyerapan vitamin B6. Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan epilepsi dan cacat mental.
- Fenol: digunakan dalam pembuatan disinfektan, pewarna, industri farmasi, pelastik dan bahan pengawet. Fenol dapat menyebabkan keracunan sistemik, kelemahan, berkeringat, sakit kepala, muntah-muntah, gangguan mental, syok, hipersensitif, kerusakan ginjal, kejang, gagal jantung atau ginjal dan kematian.
- Fenoksi Etanol (anti beku): menimbulkan bau badan tidak sedap, kerusakan pencernaan, kebutaan, koma dan kematian.
- Polysorbate 20 dan Polysorbate 80: bahan yang meracuni kulit atau organ genital.
- Sorbitol: menyebabkan kerusakan system usus.
- Thimerosal: merupakan unsure ke 2 yang paling beracun kepada manusia setelah uranium. Dapat merusak otak dan sistem syaraf juga dapat mengantarkan pada penyakit autoimun.
12 Hal Yang Harus Diperhatikan
- Dokter tidak mampu menjamin keamanan dan efektifitas vaksin.
- Keamanan vaksin belum diuji dengan benar.
- Vaksinasi didasarkan pada prinsip yang tidak kokoh, sehingga dapat dipertanyakan.
- Vaksin mungkin tercemar.
- Efek samping jangka panjang yang serius.
- Menimbulkan penyakit yang seharusnya dapat disembuhkan.
- Tidak dapat melindungi dari penyakit menular.
- Vaksin berhubungan dengan wabah penyakit.
- Vaksin tidak dapat dipercayai – vaksin tidak resisten terhadap penyakit tetapi resisten terhadap kesehatan.
- Dokter dan profesional kesehatan jarang melaporkan efek buruk vaksin.
- Dokter menolak vaksinasi.
- Vaksinasi lebih mengutamakan keuntungan daripada mengobati.
Kerusakan Tubuh Akibat Vaksin
- Menurut analisa bebas dari data yang dikeluarkan Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) di AS, pada tahun 1996 terdapat 872 peristiwa buruk yang dilaporkan kepada VAERS, melibatkan anak-anak dibawah 14 tahun yang disuntik vaksin Hepatitis B. Anak-anak tersebut dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit karena mengalami masalah kesehatan yang mengancam nyawa. Sebanyak 48 anak dilaporkan meninggal setelah mendapatkan suntikan vaksin tersebut.
- Informasi kesehatan juga dipenuhi contoh yang mengaitkan vaksin dengan timbulnya penyakit. Vaksin telah dikaitkan dengan kerusakan otak, IQ rendah, gangguan konsentrasi, kemampuan belajar kurang, autisme, neurologi.
- Vaksin gondok dan campak yang diberikan pada anak-anak misalnya telah menyebabkan kerusakan otak, kanker, diabetes, leukimia, hingga kematian (sindrom kematian bayi mendadak).
- Kajian tahun 1992 yang diterbitkan dalam The American Journal of Epidemiology menunjukan tingkat kematian anak-anak meningkat hingga 8 kali pada jangka waktu 3 hari setelah mendapat suntikan vaksin DPT.
- Kajian awal oleh CDC AS mendapati anak yang menerima vaksin Hib berisiko 5 kali lebih mudah mengidap penyakit tersebut dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin tersebut.
- Pada tahun 1977, Dr Jonas Salk (Penemu vaksin Polio salk) mengeluarkan pernyataan bersama ilmuan lain bahwa 87% dari kasus Polio yang terjadi sejak tahun 1970 adalah akibat dari vaksin Polio.
- Di AS sebelum tahun 1980 terdapat 1 dari 10.000 anak menderita autisme. Pada tahun 2002 Institut Kesehatan Negeri AS mencatat peningkatan angka tersebut menjadi 250 dari 10.000. Kini persatuan orang tua penderita autisme Amerika memperkirakan peningkatan kasus autisme ± 10% per tahun. Vaksin yang mengandung raksa diyakini sebagai penyebabnya.
- Menurut Boyd Haley, pengurus program kimia Universitas Kentucky dan pakar logam beracun ”Thimerosal mampu meresap diprotein otak, ia sangat beracun bagi syaraf dan enzim” Haley pun terlibat dalam penelitian pada bulan Agustus tahun 2003, mendapati banyaknya kandungan raksa pada penderita autisme, yang dapat dianalisa melalui kadar raksa pada rambut mereka yang berarti etil raksa dari thimerosal telah meresap kedalam otak dan organ tubuh lainnya sangat bepotensi menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan mengganggu fungsi ginjal.
- Menurut San Jose Mercury News (6 Juli 2002), seorang dari sepuluh anak-anak dan remaja AS mengalami kelemahan fisik dan mental, menurut pengamatan tahun 2000 terdapat pertambahan mendadak angka kecacatan pada penduduk usia muda. Sedangkan pada tahun sebelumnya data menunjukan peningkatan kecacatan pada anak-anak.
- Sampai usia 2 tahun, anak-anak Amerika dilaporkan telah menerima 237 mikrogram raksa melalui vaksin. Kadar ini melebihi ambang batas yang ditetapkan Organisasi Perlindungan Alam AS yaitu 1/10 mikrogram per hari.
- Sebuah penemuan di Amerika menunjukan bahwa vaksin Hepatitis B mengandung 12 mcg raksa (30 kali lipat dari ambang batas), DtaP dan Hib mengandung 50 mcg raksa (60 kali lipat dari ambang batas) dan Polio mengandung 62,5 mcg raksa (78 kali lipat dari ambang batas).
- Di AS hari ini kasus asma, diabetes dan penyakit auto imun pada usia anak telah meningkat 20 kali lipat dari tahun sebelumnya. Gangguan konsentrasi telah meningkat 3 kali lipat.
- Setiap tahun 25.000 bayi Amerika mengalami kematian mendadak. Vaksinasi adalah penyebab terbesar kematian mendadak. Jepang telah meningkatkan usia penerima vaksin sehingga 2 tahun kemudian angka kematian mendadak turun drastis di negara itu (Cherry, et al, 198
- Swedia menghentikan vaksinasi batuk rejan pada tahun 1979 karena ternyata wabah penyakit ini terjadi pada anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi. Setelah itu penyakit ini menjadi penyakit ringan tanpa kasus kematian. Hal ini secara nyata menunjukan bahwa vaksin sebenarnya menyebarkan penyakit.
- Pada tahun 1975, Jerman menghentikan kewajiban vaksin Pertussis, dan jumlah anak yang mengalami penyakit itu turun drastis. Pada tahun 2000 jumlahnya turun sampai 10%.
- Bukti diatas menjadikan vaksinasi layak dipertanyakan. Fakta-fakta menjelaskan bahwa vaksin tidak meningkatkan kesehatan anak-anak. Tetapi anehnya vaksin terus-menerus dibuat dan diwajibkan kepada masyarakat.
Para Dokter dan Ilmuan Membantah Vaksinasi
“Terdapat banyak bukti yang menunjukan imunisasi terhadap anak lebih banyak merugikan dari pada manfaatnya.” (dr. J Anthony Morris, mantan Ketua Pengawas Vaksin)
· “Ancaman terbesar serangan penyakit anak-anak datang dari usia pencegahan yang tidak efektif dan berbahaya melalui imunisasi besar-besaran.” (dr. R. Mendelsohn, Penulis (How to Raise A Healthy Child In Spite Of Your Doctor dan Profesor Pediatrik).
· “Semua vaksinasi berfungsi mengubah tiga situasi darah kepada
ciri-ciri kanker dan leukemia…Vaksin DO dapat menyebabkan kanker dan
leukemia.” (Profesor L.C. Vincent, penggagas Bioelektronika).
· “Data resmi menunjukan vaksinasi berskala besar di AS gagal
memberikan kemajuan yang signifikan dalam pencegahan penyakit yang
seharusnya dapat ia lindungi.”
(dr. A. Sabin, pengembang vaksin Polio Oral, dalam kuliahnya di hadapan dokter-dokter Italia di Piacenza, Italia, 7 Desember 1985).
(dr. A. Sabin, pengembang vaksin Polio Oral, dalam kuliahnya di hadapan dokter-dokter Italia di Piacenza, Italia, 7 Desember 1985).
· “Selain telah nyata banyak kasus kematian akibat program ini,
terdapat juga bahaya jangka panjang yang hampir mustahil di ukur dengan
pasti…Terdapat sejumlah bahaya dalam seluruh prosedur vaksin yang
seharusnya mencegah penggunaan yang terlalu banyak atau tidak wajar.”
(Sir Graham Wilson dalam The Hazards of Immunization).
· “Dengan mengesampingkan fakta bahwa vaksin berpeluang besar
tercemari virus binatang yang dapat menyebabkan penyakit serius pada
masa depan. Kita harus mempertimbangkan apakah ada vaksin yang
benar-benar berfungsi sebagaimana tujuan asalnya.” (dr. W.C. Douglas
dalam Cutting Edge, Mei 1990).
· “Satu-satunya vaksin yang aman adalah tidak menggunakannya sama
sekali.” (dr. James A. Shannon, Institut Kesehatan Nasional, AS)
· “Vaksinasi adalah produk kesalahan dan kebodohan yang tidak
dirancang dengan baik. Ia seharusnya tidak mendapatkan tempat dari sisi
kebersihan maupun kedokteran. Vaksinasi tidak ilmiah, keyakinan konyol
yang membawa maut dan mengakibatkan kesengsaraan yang berkepanjangan.”
(Profesor Chas Rauta, Universitas Perugia, Italia didalam New York
Medical Journal, Juli 1899).
· “Imunisasi terhadap cacar lebih berbahaya dari pada penyakit itu sendiri.” (Profesor Ari Zuckerman, WHO).
· “Tidak ada satupun vaksin yang telah dibuktikan keamanannya sebelum
diberikan kepada anak-anak.” (Pakar bedah umum, Leonard Scheele di
Konfrensi AMA, AS 1955).
Siapa dibalik program vaksin Imunisasi di Indonesia?
Jika menelusuri jejak awal pemberian vaksin, maka menurut Flexner Brother, sejarah vaksin modern menemukan bahwa yang mendanai vaksinasi pada manusia adalah keluarga Rockefeller, salah satu keluarga Yahudi dan anggota Zionisme Internasional. Bukan kebetulan, kalau ternyata melalui keluarga Rockefeller didirikan lembaga kesehatan dunia, WHO dan lainnya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda” : “The UN’s WHO was established the U.S Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS).”
Jika menelusuri jejak awal pemberian vaksin, maka menurut Flexner Brother, sejarah vaksin modern menemukan bahwa yang mendanai vaksinasi pada manusia adalah keluarga Rockefeller, salah satu keluarga Yahudi dan anggota Zionisme Internasional. Bukan kebetulan, kalau ternyata melalui keluarga Rockefeller didirikan lembaga kesehatan dunia, WHO dan lainnya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda” : “The UN’s WHO was established the U.S Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS).”
PT Biofarma, sebagai produsen terbesar vaksin untuk nasional dan
internasional dan juga merupakan perusahaan yang berskala internasional
sudah pasti pembuatan vaksinnya sesuai standard WHO. Jika WHO secara
terang benderang menyatakan akan mengurangi penggunaan babi dalam
pembuatan vaksin, maka selama ini WHO masih menggunakan babi dalam
pembuatan vaksin. Tentu, begitu pula dengan PT Biofarma.
Profesor Jurnalis Uddin, seorang anggota MPKS (Majelis Pertimbangan
Kesehatan dan Syarak), dalam sebuah acara dengan PT Biofarma dan Aventis
untuk memberikan penjelasan tentang proses pembuatan vaksin polio
mengungkapkan adanya tripsin babi dalam pembuatan vaksin polio, begitu
juga dengan vaksin Meningitis yang diproduksi oleh Glaxo Smith Kline
untuk para jama’ah haji. Selain tripsin babi, produksi vaksin juga kerap
menggunakan media biakan virus (sel kultur) yang berasal dari jaringan
ginjal kera (sel vero), sel dari ginjal anjing, dan dari retina mata
manusia.
Dori Ugiyadi, Kepala Divisi Produksi Vaksin Virus Biofarma
membenarkan bahwa ketiga sel kultur tersebut dipakai untuk pengembangan
vaksin influenza. “Di Biofarma, kita menggunakan sel ginjal monyet untuk
produksi vaksin polio. Kemudian sel embrio ayam untuk produksi vaksin
campak,” ujarnya
Vaksin halal dan baik, fatwa pesanan
Sebagai produsen vaksin terbesar di Indonesia, PT Biofarma sangat berkepentingan dengan MUI, terutama fatwa halalnya. Tercatat beberapa kali PT Biofarma sowan ke MUI untuk mendapatkan fatwa halal. Dengan demikian, pernyataan Ketua MUI, KH Maruf Amien, bahwa vaksin imunisasi halal dan baik, pada acara “Vaksin Imunisasi Halal dan Baik” di kantor MUI, Sabtu 23 Juli 2011, diduga kuat juga merupakan fatwa pesanan.
Sebagai produsen vaksin terbesar di Indonesia, PT Biofarma sangat berkepentingan dengan MUI, terutama fatwa halalnya. Tercatat beberapa kali PT Biofarma sowan ke MUI untuk mendapatkan fatwa halal. Dengan demikian, pernyataan Ketua MUI, KH Maruf Amien, bahwa vaksin imunisasi halal dan baik, pada acara “Vaksin Imunisasi Halal dan Baik” di kantor MUI, Sabtu 23 Juli 2011, diduga kuat juga merupakan fatwa pesanan.
Tim dari Sharia4Indonesia-Divisi Pelayanan Umat Bidang
Kesehatan-akhirnya meminta konfirmasi kepada Prof.Dr.Tuntedja, dari LP
POM MUI, tentang sertifikat halal dari semua vaksin yang telah
diproduksi oleh PT Biofarma. Ternyata, beliau memberikan jawaban bahwa
PT Biofarma belum mendapatkan itu bahkan belum mendaftarkan diri untuk
diaudit. Atas jawaban ini, maka sangat perlu dipertanyakan fatwa MUI
melalui KH Maruf Amin yang dengan beraninya telah menyatakan bahwa
vaksin imunisasi halal dan baik. Bukankah ini sebuah kebohongan publik
yang sangat tidak pantas dilakukan oleh MUI. Hal ini karena meskipun KH
Maruf Amin adalah Ketua MUI, namun beliau tidak berhak dan tidak
berkompeten untuk menyatakan sebuah produk halal atau haram sebelum
produk tersebut diauudit oleh lembaga yang bertanggung jawab untuk
memberikan Sertifikat Halal, yaitu LP POM MUI.
Meskipun KH Maruf Amin seorang ulama, harus ada ilmu khusus untuk
menyatakan sebuah produk itu halal atau haram, terutama mengetahui
bahan-bahan pembuatan vaksin, seperti ilmu mikrobiologi, biokimia, uji
DNA, dan ilmu-ilmu pendukung lainnya yang selama ini telah dikuasai oleh
auditor LP POM MUI. Dengan demikian pernyataan KH Maruf Amin bahwa
vaksin imunisasi itu halal dan baik tidak sah dan harus digugat!
Hal bertentangan juga disampaikan oleh Dra.Hj.Welya Safitri, M.Si.,
Wakil Sekjen MUI. Beliau mengatakan bahwa MUI tidak pernah menghalalkan
vaksin yang diproduksi oleh PT Biofarma.
Direktur LP POM MUI, Nadzatuzzaman, dalam sebuah kesempatan pernah
mengatakan bahwa kebanyakan vaksin yang ada saat ini dibuat melalui
porcine (enzim protease dari babi) yang ada pada babi.
“Yang mengembangkan adalah negara barat yang tidak mempermasalahkkan
halal-haram, sebenarnya enzim tersebut juga ada pada sapi. Tapi ilmuan
tetap memakai babi, karena 96 % DNA babi mirip dengan DNA manusia,”
ujarnya.
Lalu, mengapa sampai keluar pernyataan dari Ketua MUI, KH Maruf Amin,
bahwa vaksin imunisasi itu baik dan halal? Inilah kuatnya aroma
konspirasi medis untuk menghalalkan vaksin yang sebenarnya sangat
berbahaya dan dapat menghancurkan umat manusia tersebut.
Dengan demikian, bisa jadi pernyataan tersebut memang merupakan fatwa
pesanan dari PT Biofarma sebagai produsen vaksin terbesar di negeri ini
yang lalu disebarluaskan oleh media mereka sendiri. Untuk itu, ummat
Islam harus menggugat fatwa pesanan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan
baik yang telah dikeluarkan oleh MUI.
Semoga bermanfaat untuk kita semua sehingga memberikam wawasan baru tentang imunisai.
Dirangkum dari berbagai sumber terpercaya.
- http://www.markaz31.com
- http://ksindo.com/obat-alami-/78-bahaya-…
Dirangkum dari berbagai sumber terpercaya.
- http://www.markaz31.com
- http://ksindo.com/obat-alami-/78-bahaya-…
sumber : blogdetik.com
Jangan memecah belah ummat atas nama Allah
BalasHapus